Nulis Pake Rasa? Emang Bisa?



Seringkali kita butuh buku-buku yang membangkitkan energi dalam berkarya. Cukup satu buku yang menginspirasi agar segala aktualisasi kreasi lahir dari pikiran dan hati. Seringkali kita butuh manusia-manusia penuh inspirasi agar semangat  berkarya terpacu penuh nyali. Agar suatu hari nanti, kita juga bisa berbagi segala kisah dan cerita ke banyak hati.                                         

 

                                                       

Setiap Kita adalah Cerita



 “Entah dari mana, saya kepikiran menggunakan kalimat ini dalam menyemangati kehidupan saya di bumi. Saya pikir, kalimat hanyalah huruf-huruf keabadian yang lahir tanpa makna. Ternyata, semakin bertambahnya pengalaman, saya sadar bahwa setiap petualangan dan perjuangan ini akan melahirkan kisah-kisah dan cerita paling mendebarkan nantinya. Entah pada seseorang nan ranum di hati cerita ini disampaikan, atau mungkin dengan diri sendiri.
Saya percaya bahwa masing-masing kita—punya banyak cerita yang perlu dituliskan. Masing-masing jiwa punya banyak kisah yang perlu dibagikan. Agar tidak hanya abadi, namun tertanam dalam hati setiap manusia di bumi.”

Kata-kata punya energi nyata dalam diri.


 



SEBELUM KITA BERCERITA



Okey, tetap tenang.
Tarik napas dan bawalah dirimu pada keadaan rileks.
Semoga setiap napas kita dalam ruang hangat ini dihitung menjadi pahala kebaikan dari-Nya. Aami




Yuk Kita mulai bercerita!

 Kenapa Kita Perlu Menulis?


 

Ada banyak kisah dan petualangan hebat yang tidak hanya diabadikan dalam bentuk foto, video dokumenter atau sebatas status di Facebook. Mungkin juga tak semenarik caption di instagram. Ada banyak kisah dan cerita yang perlu kita sebarluaskan, agar yang lain juga bisa merasakan, agar yang lain juga bisa memahami bahwa di bumi bukan hanya dia  yang patah, bukan hanya dia saja yang meluka, bukan juga tentang dia yang menangis dalam duka dan suka, bukan juga tentang dia yang diberikan kebahagiaan.
Kisah-kisah dan petualangan hebat ini perlu kita bagikan dalam bentuk tulisan, sebagai langkah keabadian.


 

Akhirnya saya memilih.........

 

 

 

 


Nah, alasan-alasan itu semua itu adalah cara istimewa bagi saya untuk dapat dikenang dan dikenal banyak orang. Mungkin juga kamu gaesssss.....

Bahkan, saya nanya ke diri sendiri: nanti jika saya udah gak ada di bumi. Saya akan dikenang  sebagai siapa ya? Apa hanya  sebatas foto saja agar orang-orang mampu mengenang saya?  Apa hanya sebatas video semata? Atau saya tiba-tiba dilupakan tanpa ada jejak kisah yang menginspirasi. Mirissss bangets....

Berangkat dari itu semua, akhirnya saya berpetualang dalam dimensi dan berkamuflase sebagai penulis untuk terus meng-abadi jika tak di bumi lagi. J


 

Kreativitas dalam Berkarya


Ciiee, kreatif banget lu nulisnya? Idenya dapat dari mana? Kok bisa nulis kayak gitu sih? Kenapa tulisan lu selalu nyentuh dan ngena ke hati? Gimana caranya sih? Kasih tau tipsnya dong!





Banyak dari pembaca di setiap tulisan yang kita tulis – mempertanyakan perihal ini, bukan? Bahkan, timbul rasa bahagia dan semangat (lagi) untuk terus berkarya. Rasanya, setiap apa yang terlintas di pikiran dan diranumkan dalam  hati perlu banget untuk segera dieksekusi dalam bentuk tulisan.

Namun, kreatif tidak hanya tentang kata-kata yang dilahirkan dan ngena ke hati, namun ada banyakaspek yang perlu kita perhatikan. Kreativitas adalah proses aktualisasi  kreasi yang dilahirkan dari pikiran dalam bentuk tulisan. Kreativitas inilahyang digunakan dalam menunjang ide, gagasan, struktur kalimat, judul, tokoh-tokoh yang dihadirkan, dan sebagainya.

Jika kita punya banyak ide, namun tidak kreatif dalam mengolahnya. Sama saja ibarat memasak namun tidak diberikan bumbu dan racikan yang nikmat di lidah. Menulis juga perlu rasa di setiap huruf-hurufnya.

Jadikan huruf-hurufnya berongga dan mampu mengetuk hati pembaca


 

Menulis itu Tiket Mendunia

Nah, di  tahap ini, saya pun juga sedang merencanakannya. Namun, saya akan tetap berusaha menjadi mata angin dan mata hati buat orang tua agar mereka juga bisa melihat dunia dari karya-karya saya.

Karena di balik kebahagian itu tersimpan kesempurnaan cinta yang dihadirkan semesta dari orang-orang tersayang.
Maka, menulislah agar nanti kita juga bisa merasakannnya.

Oh iya, dari menulis, Alhamdulillah saya akhirnya menuntaskan perjalanan dan petualangan kereennn hampir seluruh Jawa dan Sumatra. Semuanya dibiayai. Saya berbagi kisah dan pengalaman hidup hingga akhirnya buku-buku saya hadir di rak toko buku.

Teman-teman, menulis tentu akan mampu mengantarkan mimpi-mimpi hebatmy mengelilingi dunia. Maka, mulai dari detik ini—mulailah menuliskan kota-kota mana yang akan kamu kunjungi. Dan, mulailah berkarya sesegerakan mungkin.



Dari Segala Keresahan...

Mulailah dari apa yang menjadi keresahan.
Teman-teman,
saya perlu cerita lagi nih. Hehe
Buku ketiga saya yang berjudul “Dosa Sepele, Masak Sih?”, saya tuliskan dari  postingan QnA di Instagram. Saya jadikan aplikasi itu untuk mengumpulkan keresahan anak muda. Akhirnya dari banyak QnA yang masuk—saya pilih dan pilah tema-tema kecil untuk segera dikembangkan. Tema-tema inilah yang menjadi keresahan banyak anak muda dan selama 1 bulan Ramadhan saya tuntaskan menulisnya.

Perjalanan buku ini panjang. Setelah proses kesunyian, saya endapkan dua bulan dan akhirnya saya editori naskah tersebut. Lalu, bulan-bulan selanjutnya saya kirimkan ke salah satu penerbit mayor. Alhasil naskahnya diterima—namun selang beberapa jam setelah itu—naskahnya gagal diterbitkan.

Krakkkk! Saya benar-benar patah saat itu.
Namun, keresahan-demi keresahan ini akhirnya bermunculan. Saya tambahkan menjadi tulisan di naskah tersebut. Saya kirimkan lagi ke salah satu penerbit mayor dan Alhamdulillah naskah tersebut dipinang dan beredar di Gramedia se-Indonesia.

Ya, petualangan setiap buku-buku punya cerita tersendiri. Bahkan saya merasakan magnet dan energi kebaikan setelah menulis buku “Dosa Sepele, Masak Sih?”. Berangkat dari keresahan, ternyata menemukan titik terang menjadi buku yang dibaca banyak orang.

Karya yang Berawal dari Curhatan

Kreativitas dalam berkarya tidak menutup kemungkinan—darimana kita memulainya.
Bisa jadi, karya-karya tersebut muncul ketika banyak orang-orang curhat dan merasakan dampak paling sentral dalam diri.

Oh iya, kita memiki dua telinga dan satu mulut—diminta untuk lebih banyak mendengarkan. Maka, jadilah pendengar yang baik atas segala cerita yang dikisahkan kepada kita. Karena dari banyak kisah tersebut—ada yang menjadi ide yang segera dihadirkan dalam karya-karya nantinya.


Buku keenam yang berjudul “........................................” bermula dari dari curhatan followers Instagram yang hampir bunuh diri karena diputuskan sama pacarnya! Dan kisah-kisah lainnya.

Jadi, kreatif dalam berkarya bukan tentang kata-kata saja, namun juga kemahiran kita meramu segala ide, menuntaskan segala keresahan, atau mungkin (ketika buku yang dicari tidak ditemukan di toko buku).


 

Menulis dari Pengalaman?
Bisa Gak Ya?

 

“Apa yang berasal dari pengalaman bisa dituliskan?”
“Kenapa pengalaman perlu banget dituliskan?”


Banyak dari kita yang selalu kebingungan memulai  menulis. Ada juga yang selalu kebingungan menuntaskannya.  Nah, kalau semuanya berasal dari pengalaman, tentu saja akan lebih mudah memulai dan menyelesaikannya. Tinggal meramu segala ceritanya sekreatif mungkin.

Saya percaya bahwa setiap orang punya potensi yang berbeda.  Ada penulis yang mahir/kreatif dalam alur cerita, ada juga penulis yang kreatif dalam meramu watak-watak tokoh, latar yang unik, atau suasana di dalam cerita
.  Nah, kita tinggal memfokuskannya—ada di posisi manakah kita?

Pengalaman adalah kunci hebat dalam berkarya. Entah itu pengalaman pribadi, atau mungkin pengalaman orang lain.
Setiap pengalaman sangat perlu dituliskan. Karena setiap kisah  adalah cerita yang layak dibagikan.


 

Menulis=Doa-doa Kebaikan yang Perlu Dibagikan

“Akhirnya saya memulai jalan sepi ini=menulis dalam meranumkan doa-doa kebaikan. Saya percaya bahwa apapun yang saya tulis—di dalamnya memiliki energi kebaikan. Yang entah dari mana kisah-kisah ini menjadi penyambung cerita di banyak pembaca. Entah dari doa-doa pembaca mana juga, kisah-kisah saya dibacakan dan di-aamiin-kan semesta.”

Gimana Agar Tetap Kreatif?


1. Selalu bawa catatan kecil atau siap sedia aplikasi menulis di handphone.
Saya tipe orang yang suka bawa buku catatan, atau bahkan menyediakan aplikasi menulis di handphone. Bagi saya, ide-ide yang muncul seketika perlu dieksekusi langsung. Sebab, kita tidak pernah tahuide-ide mana yang lahir jadi buku dan ide-ide mana yang akhirnya mengantarkanmu ke jalan kebaikan). Nah, tau gak sih? Buku ketiga saya lahir ketika keresahandari DM Instagram seorang perempuan yang putus dari pacarnya!


2.
#MulaiAjaDulu dari apa yang ingin dituliskan.
Dikondisi apapun, saya mengusahakan agar tetap menulis. Buku kelima kemarin “LICHT IN HOLLAND” setengahnya saya tulis di atas kereta Padang-Pariaman. Bahkan, setengahnya lagi saya selesaikan saat  sibuk menulis skripsi. Ehehe,siang-sore saya nulis skripsi dan malamnya.

3. Nulis Bukan Karena Mood
Jika menunggu mood membaik, mungkin karya-karya saya takkan pernah ada dan takkan pernah dibaca. Namun, agar mood selalu membaik, teman-teman bisa memulainya dengan berada di ruangan sepi sambil mendengarkan musik instrumen. Namun, saya selalu mengontrol kondisi—apapun selagi masih ada ide, maka hal ini perlu dituliskan.

4. Hindari Teori yang Membingungkan
Apalagi saya lulusan Sastra, tak heran  teori-teori menulis saat kuliah juga banyak ya? Nah, saya hanya menggunakan teori seperlunya—dan praktik sebanyak-banyak mungkin. Sama halnya dengan mengendarai mobil, jika cuma diajarkan teori menyetir, maka selamanya pun tak ada nyali dalam mengendarai sebenarnya. Nah, nulis juga butuh nyali juga.

5. Siapa yang Jadi Panutanmu?
Dulu ya? Saya selalu ingin menuliskan nama orang tua di dalam karya. Bahkan, saya coret-coret deh buku-buku orang dan menggantinya dengan nama saya dan menuliskan nama orang tua di dalam buku tersebut. Dan, Alhamdulillah, Allah kabulkan akhir tahun 2015, karya pertama saya terbit!

Selanjutnya, kita diskusikan aja yaaa.......





Kita udah mau
sampai di persimpangan


Biasanya, saya nulis “kita udah mau sampai di akhir.” Akan tetapi, setiap perjalanan selama mengisi materi, saya pun sadar bahwa tidak ada yang namanya akhir dalam berbagi dan menulis. Akhirnya, saya memilih persimpangan.

Ya, setelah kelas ini.
Temanteman mau milih dan menuju persimpangan mana? Apakah hanya berdiam diri dan meresapi hidup tanpa arti. Atau segera berkontribusi demi diri, demi banyak hati, demi banyak kebaikan dari setiap karya-karya nyata.



“Saat kisah-kisah telah usai diceritakan. Saat kisah-kisah sampai di ujung perjalanan. Kuharap, ada banyak kebaikan yang lahir. Kuharap ada banyak impian yang muncul secara tak terduga (nantinya).”

-Arif Rahman Hakim-

Comments