-Kertas Kosong-
-Kertas Kosong-
Ambil...
ambil-lah penusuk tubuhku.
Teman baikku
itu.
Coret, toreh
sisi pinggang kosong.
Kau kan mahir
menulis?
Entah, jangan
kau lompati tubuhku.
Pula jangan kau banting .
Kau injak
nyawa.
Kau
lipat-lipat raga dalam bungkusan anyir.
Ingat...
Kau ingat
huruf demi huruf yang kau ketuk di...
yang kau
baringkan pada jiwa-jiwa hampaku.
kenapa kau
diam?
Bukannya kau
mahir menoreh ku?
Kenapa kau
lenyap?
Tanpa memberi
isyarat.
Sisi tubuhku masih sunyi, senyap.
Tanpa jejak penusuk hitam, tanpa pula
penusuk biru dan merah punya ku.
ambil-lah temanku, penusuk.
ambil-lah temanku, penusuk.
Berkali-kali
ku minta, mohon.
Coret aku!
Pegang daun
pintuku.
Tapi, kau
jangan susutkan dalam timbangan berkarat.
Walau dengan
waktu singkat.
Kau lupa?
Kau tuli?
Butakah?
Sisi tubuhku masih
kosong
Sunyi,
senyap.
Tanpa enggan
menempel.
Kapalo koto, 18 Februari 2015
Oleh
Arif Rahman Hakim
Mahasiswa
Sastra Daerah Minangkabau
Fakultas
Ilmu Budaya
Universitas
Andalas
Comments
Post a Comment