Teras Nenek


-Teras Nenek-
Kenangan hidup kembali terbayang.
Dalam kacamata yang singgah di batang hidung.
Suara gelut kian meradang ingatan.
Kening mengerunyut.
Dan kecup mesra masih menempel.
Tanda hidup selalu lengkap.
Segurat kedamaian tergantung.
Di atas loteng-loteng berat.
Bukti, sudah banyak tawa yang terekam.
Menguasai kehadiran anak-anak pemilik kisah.
Ayo,lemparkan bolanya dik.?
Terhenti, suara itu menutupi kegelisahan.
Akan rindu yang terkekang.
Memang, itu bukan rongga hayalan.
Melainkan, keluh kesah irama yang terayun.
Kali ini...kenangan itu terhambur.
Keluar dari penampung memori.
Saat jemari .. menyentuh lantai nan bergemerutuk.
Ribut oleh pasir-pasir yang bersenjata.
Menghadang pelapah daun kian mengering.
Sudah, teras nenek sekarang berserak.
oleh lonceng-lonceng bulat dan hitam.


Oleh Arif Rahman Hakim
Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas

Comments